Wednesday, June 22, 2005

Perjalanan ke Nias

Mission trip ke Nias ini bekerja sama dengan tim Gepembri dengan diketuai oleh Pak Hardi. Dari Bukit Batok Presbyterian Church Singapore ada 4 orang (Pak Tjandra, Kak Budianto, Ko Bambang, dan saya sendiri), dari Grace Baptist Church Singapore ada Desmond, dari Gepembri ada Pak Hardi, Pak Hadi dan Faehuzi Zebua. Pelayanan yang kami lalukan adalah sebagai perpanjangan kasih Allah kepada penduduk di Nias. Setelah pantai barat Nias dihantam oleh Tsunami akhir Desember taon lalu, tanggal 28 Maret 2005 gempa berskala 8.2 richter mengguncang Pulau Nias yang mengakibatkan infrastructure di Nias hancur. Kami mengadakan pembagian beras dan kebaktian kebangunan rohani (KKR) di desa-desa.

Ekonomi

Mata pencarian penduduk Nias adalah bercocok tanam, beternak babi, membuat batu bata, menyadap karet, dan membantu berjualan di toko-toko di Gunung Sitoli. Tetapi sejak gempa, toko-toko dan bangunan tempat membuat batu bata runtuh, mereka kehilangan mata pencarian mereka. Karet yang disadap pun jarang bisa dilakukan karena hujan turun hampir setiap hari di Nias. Supply bahan makanan jadi berkurang karena banyak toko yang tutup sejak gempa. Karena supply sedikit, harga pun menjadi mahal. Banyak penduduk yang tidak mampu untuk membelinya.

Pendidikan

Tingkat kesadaran penduduk Nias akan pendidikan itu rendah. Ditambah dengan jarak sekolah dengan rumah yang terkadang jauh dan biaya sekolah yang memberatkan mereka, sebagian anak-anak tidak bersekolah atau berhenti di SMP/SMU. Gedung-gedung sekolah juga retak dan ada yang tidak dapat dipakai sama sekali.

Infrastructure

Gedung-gedung dengan beton kebanyakan runtuh. Ada yang lantai 1 nya hancur dan lantai 2 nya turun. Ada yang rusak total. Demikian juga dengan gedung gereja. Hampir semua gereja di desa rusak. Anehnya rumah-rumah penduduk di sekitarnya banyak yang utuh. Kehancuran yang diakibatkan oleh gempa tidak merata.

Sejak 20 tahun yang lalu Nias tidak mengalami pembangunan. Jalanan sudah banyak yang rusak. Ditambah akibat gempa, jembatan-jembatan yang menghubungkan antar daerah jadi rusak. Penduduk setempat sudah memperbaiki dengan usaha seminim mungkin supaya bisa dilalui dengan mobil.

Spiritual

Meskipun 90% penduduk Nias Kristen, tapi hanya sedikit yang mengalami lahir baru. Mereka ke gereja hanya berdasarkan tradisi. Kebanyakan yang hadir di kebaktian minggu itu ibu-ibu dan anak-anak. Bapak-bapaknya memilih untuk di rumah. Kebiasaan merokok dan minum-minum tuak di Nias masih ada. Perzinahan juga ada. Tidak ada pertumbuhan di dalam hidup kristiani mereka selama berpuluh-puluh tahun.

Pada waktu gempa menggoncangkan Nias, mereka menjadi takut mati, bingung, seakan-akan kehilangan pengharapan. Di manakah posisi Yesus di dalam hati mereka? Apalagi sekarang di koran lokal sudah ada prediksi kalau tsunami dan gempa besar akan menghantam Nias dalam tahun ini.. Hampir setiap hari mereka merasakan gempa-gempa kecil karena lempengan batu di dalam bumi masih belum stabil. Tim kami sempat merasakan 2 kali gempa. Mereka hidup dalam kecemasan dan tidak ada kesukacitaan di dalam menjalani hidup.

Banyak penduduk yang tidak memiliki alkitab. Setiap minggunya mereka dateng ke gereja hanya mendengarkan Firman Tuhan. Dan tidak semua gereja dilayani oleh pendeta setiap minggunya karena biasanya 1 pendeta melayani lebih dari 3 gereja. Di Gawö Gawö Bausö, 1 pendeta melayani 10 gereja. Jadi jemaat di sana dilayani oleh pendeta setiap 2.5 bulan sekali. Belum lagi jika pendetanya suam-suam kuku, tidak semangat melayani jemaatnya.

Anak-anak yang bersekolah minggu cukup banyak. 1 gereja biasanya sekitar 80 anak dan mereka mempunyai sekitar 10 guru. Tetapi mereka kekurangan bahan untuk mengajar anak-anak.


Sharing aku mungkin kesannya kok Nias parah banget keadaannya. Ini overall condition of Nias. Tetapi di tiap desa, ada plus minusnya. Seperti contohnya di Tumöri Zebua. Meskipun mereka harus duduk di bawah tenda-tenda waktu kebaktian, semangat mereka untuk memuji Tuhan tetap ada. Ini terlihat dari adanya persembahan pujian dari persekutuan-persekutuan kecil yang ada di dalam gereja, kegiatan-kegiatan dalam gereja selaen kebaktian minggu.

Sewaktu altar calling diadakan, banyak penduduk yang berani maju ke depan dan menyatakan imannya untuk pertama kalinya kepada Yesus. Akan tetapi kami tidak akan dapat melihat follow up dari masing-masing gereja. Kami hanya bisa berdoa dari jauh untuk kekuatan, damai sejahtera, dan pengharapan ada pada mereka di dalam menghadapi setiap pergumulan hidup sambil membuat perencanaan lebih lanjut tentang apa yang dapat kami perbuat untuk mereka.

Aku rindu, bukan cuman penduduk Nias yang menanggung beban masalah mereka sendiri, tetapi kita juga ikut berdoa untuk mereka. Karena dalam Yesus kita semua bersaudara. Dan karena itulah tim kami ke Nias untuk berbagi kasih dengan penduduk Nias.

Satu lagu yang sederhana dan indah yang aku pelajari dalam bahasa Nias

Bakhö Yesu Hasambua ita
Dalam Yesus kita bersaudara
Bakhö Yesu Hasambua ita
Dalam Yesus kita bersaudara
Bakhö Yesu Hasambua ita
Dalam Yesus kita bersaudara
Iadaa götö wa’ara
sekarang dan selamanya
Bakhö Yesu Hasambua ita
Dalam Yesus kita bersaudara

Sienny

2 Comments:

Blogger Hendrik Christian said...

sharing yg bagus sien :)

10:59 PM  
Anonymous Anonymous said...

xxx proposal

6:45 PM  

Post a Comment

<< Home